Jumat, 16 Juni 2017

The Legendary Moonlight Scupltor Bahasa Indonesia: Jilid 1; Chapter 10




Chapter 10 - Peran Weed dalam Pasukan

Pasukan tersebut menuju Desa Baran! Terletak di batas peradaban manusia, Kerajaan Rosenheim dikelilingi oleh monster. Kerajaan dibentengi oleh dinding dan mengorganisir kelompok milisi dikota-kota garis depan, namun para goblin dan Orc yang menyerang dan merampas hasil panen masih merajalela, yang mana membuat istana kerajaan pusing.

Misi dari pasukan yang ditugaskan pada Darius adalah sebuah quest kelompok untuk mengambil alih Desa Baran yang telah jatuh ke tangan para lizardmen. Mereka yang bergabung dengan pasukan berbagi quest yang sama, dan mereka, terdiri dari 300 player, akan datang untuk mengusir para lizarmen dari desa tersebut.

Topik ini telah menjadi bahan perbincangan disekitar Benteng Serabourg selama beberapa hari terakhir. Bahkan para player dari kerajaan lain datang ke Benteng untuk bergabung dengan quest tersebut, membuatnya lebih ramai.

Anggota yang ikut serta dalam quest tersebut diberi EXP, belum lagi Fame, dalam pengakuan atas pelayanannya untuk Kerajaan Rosenheim. Semua orang membicarakan tentang hal ini, namun itu berita itu tak sampai pada Weed karena dia sibuk mengukir patung-patung ditokonya. Weed setuju untuk bertemu dengan rekan tim pertamanya. Mereka menunggu di pusat kota.

"Senang bertemu denganmu lagi, Weed-nim."

"Wow, lama tak jumpa!"

Surka dan Irene menyapa Weed dengan hangat. Pakaian mereka berubah drastis selama ketidakhadirannya. Surka mengenakan sebuah jubah yang bagus, dan Irene mengenakan pakaian pendeta berwarna putih. Untuk Romuna si Mage, itu adalah sebuah jubah hitam standart. Mereka terkejut bahwa Weed masih tidak mengubah pakaiannya.

"Weed-nim, dimana saja kamu?"

"Itu cerita yang panjang..."

Sebelum Weed bisa menjawab sepenuhnya, Surka memotong dan berkata,

"Aku mengerti. Kamu tidak login selama beberapa minggu, kan?"

"....."

"Oh, apakah kamu akan bergabung dengan quest pasukan pembebasan? Ayo ikut bersama kami, Weed-nim!"

Romuna menyelipkan lengannya pada lengan Weed seolah-olah mereka adalah pasangan. Pale si Ranger melihat mereka dengan tatapan penuh luka yang mengirim rasa dingin pada tulang punggung Weed.

Dia sudah merasakan bahwa Pale diam-diam menaruh perasaan pada Romuna. Melepaskan lengannya yang disandera oleh pegangan kuat Romuna, Weed bertanya,

"Berapa level kalian sekarang?"

"Aku level 48. Aku mati 5 atau 6 kali dalam pertempuran, jadi aku yang paling rendah diantara kami."

Surka berkata malu-malu.

"Aku level 51." kata Irene.

"Sama dengan aku." kata Romuna.

"Aku level 53." kata Pale yang masih merasa terganggu.

Weed memahami bahwa rekan-rekannya ini semuanya adalah teman dalam di dunia nyata, jadi mereka selalu berburu monster bersama-sama, dengan demikian menaikan level dengan kecepatan yang identik.

Namun, itu jelas bahwa mereka berburu dengan serius karena mereka telah naik level lebih cepat daripada player biasa yang lain. Mereka mengaku pada Weed bahwa mereka telah cuti dari perguruan tinggi untuk sementara waktu.

Meskipun mereka tidak memberitahu dia lebih banyak lagi, dia menduga bahwa mereka telah bermain Royal Road hampir tanpa henti, tanpa tidur, terkurung didalam kamar yang gelap seperti terisolasi, para individu yang kurang bersosialisasi. Pale segera menetapkan bahwa Weed akan ikut bersama mereka untuk bergabung dalam quest pasukan pembersih tersebut.

"Mereka berkata bahwa syarat level adalah 30 dan diatasnya. Quest ini memberikan EXP yang cukup banyak. Kau juga bisa mendapatkan beberapa Fame."

 Pasukan tersebut dijadwalkan untuk menghadapi berbagai macam monster. Target utamanya adalah lizardmen yang menduduki Desa Baran, tetapi kemungkinannya adalah mereka akan menghadapi para goblin yang relatif tak terlalu berbahaya.

"Misinya sedikit berbahaya, namun kita bisa meminta bantuan dari NPC jika ada keadaan darurat. Aku sekarang sudah lelah dan bosan dengan para laba-laba dan para bandit."

Pale menunjukan wajah tak senang. Saat Weed tidak ada, rekan-rekannya telah berburu monster di dungeon terdekat. Itu adalah dungeon laba-laba, dimana laba-laba merah dan arachnid beracun mengintai dibalik setiap stalaktit.

Racun ditangani oleh Irene, tetapi Pale telah mengalami trauma karena diikat pada jaring laba-laba yang lengket, berjuang secara menyedihkan melawan laba-laba raksasa yang meneteskan air liur. Weed mengangguk, memahami apa tepatnya yang telah Pale lalui. Dia mengalami masa-masa sulit menghabisi para ulat raksasa seorang diri.

"Itu tidak terlalu buruk untuk ikut serta dalam pasukan pembebasan itu."

"Kami menyambutmu, Weed-nim. Ngomong-ngomong...."

"Ya?"

"Apa kamu sudah mendapatkan profesi?"

Bicara mengenai profesi, Weed belum memutuskan ketika dia bekerja sama dengan mereka dalam perburuan dulu. Mereka bahkan bertaruh kapan dia akan mendapatkan profesinya.

"Aku punya profesi, tapi—"

"Profesi apa itu? Beritahu kami."

Irene, yang biasanya kalem, mendekati Weed dengan mata berbinar. Sebagai seorang Priestess yang bertanggung jawab atas penyembuhan dan buff yang mendukung rekan timnya yang lain, dia harus mengetahui profesi setiap rekan timnya.


Ada begitu banyak divisi dalam profesi Warrior saja, belum lagi cabang yang lain dari profesi tempur yang terspesialisasi dalam senjata dan gaya bertarung yang berbeda. Tipe Tanker berat pada pertahanan dan Vitality, dan memberikan tipe damage bergantung pada kekuatan serangan dan Strength.

Untuk Surka dan Pale, mereka termasuk profesi pendukung dengan Agility yang lebih besar, tetapi kurang dalam Strength dan Vitality dibandingkan dengan petarung jarak dekat lainnya. Selain itu, Paladin, sebutan untuk Holy Knight, bisa menggunakan kekuatan suci, termasuk Healing Hand, untuk penyembuhan diri, berkat statistik eksklusif mereka, Faith.

Weed menggaruk kepalanya.

"Aku seorang Sculptor."

"Wow, itu keren! Kamu memilih sebuah profesi seniman."

Surka tertawa cerah, tetapi yang lainnya tampak kurang senang. Prasangka yang mengasosiasikan seorang Sculptor dengan kelemahan telah terukir dalam-dalam pada kesadaran mereka. Dalam kenyataannya, profesi Sculptor adalah salah satu profesi kerajinan yang tidak berhubungan dengan skill tempur, jadi itu tak memiliki efek apapun dalan Strength dan Vitality.

Namun, mereka tetap menerima Weed sebagai salah satu dari mereka dari dasar hati mereka. Mereka tidaklah setega itu untuk berpaling dari mantan saudara seperjuangan mereka hanya karena dia mengkonversi pada salah satu dari profesi yang paling tidak diinginkan.

"Kami sedang dalam perjalanan ke Sir Darius untuk bergabung dengan pasukan itu. Ikutlah dengan kami." kata pale.

"Tetapi, kau lihat, aku adalah seorang Sculptor." kata Weed.

"Jangan khawatir, kita bisa mengisi kekuranganmu. Kita harus bergegas sebelum orang lain mengisi tempat yang masih kosong. Ukuran dari pasukan tersebut terbatas pada 300 player dan 200 prajurit NPC peserta yang direkrut dengan urutan kedatangan." kata Pale.

"Ayo pergi, Weed-nim." kata Romuna.

"Jika kamu berpikir kamu tidak memenuhi syarat untuk sebuah tempat karena kamu adalah seorang Sculptor, kami akan membantumu. Ayolah?" kata Surka.

Sekarang Weed telah memberitahukan profesinya, dia kehilangan alasan untuk berkata 'tidak'. Para wanita terasa begitu keibuan terhadap Weed bahwa mereka tidak bisa meninggalkan dia, meskipun mereka berpikir dia lemah, dan Pale hampir memohon pada dia untuk bergabung dengan quest pasukan pembebasan tersebut untuk membalas budi apa yang telah dia lakukan untuk mereka sebelumnya.

Terbujuk oleh kegigihan mereka, Weed pergi menuju pasukan Darius ditempatkan.

⧫⧫⧫⧫⧫⧫⧫

Duke Kanus mengadakan pertemuan rutin untuk para ksatria. Semua ksatria yang ada didalam Benteng Serabourg, tanpa pengecualian, telah dipanggil untuk menghadirinya. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas bagaimana caranya untuk mengusir para monster keluar dari Rosenheim, sebuah rencana wajib militer dan masalah-masalah mendesak lainnya.

"Kau telah melakukan pekerjaan yang mengagumkan, Tuan Midvale, dan para prajurit yang kau pimpin menjadi sangat terlatih. Aku kagum bahwa level mereka semua melampaui 50." kata Duke Kanus.

"Itu bukanlah perbuatan saya, Yang Mulia." kata Sir Midvale.

"Huh? Aku secara pribadi mempercayakan tugas ini padamu. Katakan padaku apa yang terjadi." kata Duke Kanus.

"Jika anda bersikeras, Yang Mulia." kata Sir Midvale.

Tuan Midvale kemudian melaporkan secara rinci kejadian yang terjadi di Lair of Litvart.

"Hmmm.... Aku mengerti." kata Duke Kanus sambil mengusap kumisnya yang lebat.

Para ksatria lainnya juga tekejut bahwa orang asing, bukan keturunan asli Versailles, telah menyelesaikan tugas tersebut dengan sangat baik. Para NPC mengakui diri mereka sendiri sebagai penduduk setempat yang lahir di Benua Versailles, dan para player adalah yang dimerdekakan dan dikirim oleh Gaea yang Maha Suci.

Mereka memiliki emosi, berbicara dan bertindak seperti orang asli, berkat kecerdasan buatan (AI) yang diprogramkan pada mereka.

"Sungguh seorang pria yang hebat. Tuan Midvale, kenapa tidak kau rekrut dia dalam Pasukan Rosenheim?" kata Duke Kanus.

"Saya sudah meminta dia untuk menjadi perwira militer dua kali, tetapi dia mengatakan bahwa dia ingin mempertahankan kebebasannya dan membunuh para monster dengan kehendaknya sendiri." kata Sir Midvale.

"Dia benar-benar seorang yang menakjubkan." kata Duke Kanus, terkesan.

"Ya, Yang Mulia. Meskipun dia bukan bagian dari Kerajaan kita, saya mengira bahwa dia adalah seorang pria yang akan mencurahkan waktunya lagi pada Rosenheim." kata Sir Midvale.

"Jika kau berkata begitu, kita akan melihat pedangnya pada pihak kita lagi suatu hari." kata Duke Kanus dan meninggalkan topik pembicaraan tentang Lair of Litvart dan berpindah ke topik pembicaraan yang selanjutnya.

⧫⧫⧫⧫⧫⧫⧫

Dalam perjalanan ke Darius, Weed mampir ke toko.

"Weed-nim, kenapa kita berhenti disini?"

"Lihat saja nanti."

Toko itu dipenuhi dengan banyak pelanggan. Mereka kebanyakan kurir dari restoran di Benteng tersebut. Seorang anak laki-laki, berpakaian menyerupai pakaian seorang utusan, berteriak.

"Aku mau dada segar!"

"Puhahaha, kau salah tempat, anak muda. Rumah bordil ada tikungan jalan sebelah dan kuharap kau punya foto ID." kata penjaga toko itu.

"Sialan. Aku mau dada ayam!"

Anak itu menyeringai. Tetapi penjaga toko itu, selicin lidah ular, hanya tersenyum.

"Hanya dada ayam? Tidakkah kau butuh telur juga?"

"Ups, aku lupa... Aku butuh telur juga."

"Tunggulah. Aku akan memberimu telur saat induk ayam bertelur."

"Bagaimana kalau ayamnya?"

"Tunggu telurnya menetas, nak."

Irene tertawa pada percakapan diantara penjaga toko dan kurir itu.

"Anak yang lucu."

"Aku rasa dia mendapat pekerjaan di sebuah restoran kerena dia tidak bisa meninggalkan Benteng selama 4 minggu pertama."

"Pilihan yang buruk. Kenapa dia memutuskan untuk bekerja di sebuah restoran dimana tak banyak yang bisa dipelajari?"

Dimata Pale, itu tidaklah bijaksana untuk membuat karir di sebuah restoran. Para pemula disarankan untuk mengambil quest yang berhadiah lumayan, atau untuk mereka yang ingin belajar perapalan mantra, membaca dan belajar banyak hal di sebuah perpustakaan.

Hal ini agar mereka bisa membeli senjata dan perlengkapan yang lebih baik, berburu monster akan lebih jauh mudah dan menaikkan level lebih cepat dalam jangka panjang. Namun Weed tidak setuju dengan pendapat Pale.

"Jika kau bekerja direstoran, kau bisa mempelajari skill memasak. Itu berguna." kata Weed.

"Aku tau, tetapi apa untungnya mempelajari skill tak berguna seperti memasak? Jika kau membeli roti gandum yang diberi sihir pengawetan, itu akan bertahan selama sebulan." kata Pale.

"Dia benar. Kenapa kita harus mempelajari bagaimana untuk memasak jika kita bisa meningkatkan faktor kepuasaan dengan mudah?" tanya Surka.

Bagi Weed, Pale dan Surka terdengar bodoh sampai pada titik kekanak-kanakan. Mereka meremehkan skill memasak seperti halnya mereka telah memandang rendah sculpture mastery, tidak mengetahui apa dampak besar makanan pada statistik.

 ҅Orang-orang ini tidak mengetahui seperti apa rasanya kehidupan yang miskin.҆ Dia bergumam pada dirinya sendiri.

Mata Weed menjadi gelap. Mereka yang benar-benar telah melalui masa-masa kesulitan keuangan tidak akan meremehkan pentingnya skill memasak. Bayangkan kau dipaksa hanya makan roti gandum ketika kau berburu monster di lapangan. Jika kau pemula level rendah, kehabisan uang, kau akan menahannya kerena kau tidak punya pilihan lain.

Tetapi setelah levelmu mencapai titik dimana kau mampu untuk makanan lezat, lidahmu secara otomatis akan menolak roti gandum . Sebenarnya, bahkan Pale tidak selalu memakan roti gandum. Pada akhirnya, semua orang itu sama.

 Mereka mempunyai daftar keinginan yang sama, ketika mereka berhasil memenuhinya, itu akan bertambah dengan sendirinya. Khususnya, kebutuhan rumahan dasar, pakaian dan makanan tak bisa dipisahkan dari kehidupan.

Terlebih lagi, skill memasak berpengaruh dalam kehidupan nyata. Saat skill memasak berkembang, itu memberimu sebuah daftar resep yang tersedia berdasarkan jenis-jenis bahan yang kau miliki sekarang. Kau bisa mencoba sebuah resep baru dalam game virtual, dan itu akan menempel dalam kepalamu setelah kau log out.

Jika kau menguasai skill memasak setidaknya sampai tingkat ahli, kau tidak perlu khawatir tentang mendapatkan sebuah pekerjaan karena setiap restoran akan mempekerjakanmu dengan tangan terbuka lebar.

Dengan kata lain, itu berarti bahwa kenyataan benar-benar direalisasikan disebuah dunia virtual. Royal Road adalah game virtual reality yang detail dan realistis sampai sedemikian rupa bahwa apa yang dipelajari dalam game virtual juga bisa diterapkan dalam kenyataan.

Tentu saja, sebagian besar player yang tidak mau repot-repot mempelajari skil kerajinan adalah seluas seperti yang Weed tidak akan pernah bisa memahami apa arti yang sebenarnya sampai mereka mengalaminya dengan tangan mereka sendiri.

'Lagian, aku ingin tau apakah mereka akan mau mencobanya.҆

Weed mengantisipasi bahwa nilai dari skill memasak akan semakin tinggi saat player naik level mancapai ratusan. Untuk makanan yang Weed persiapkan dengan skill dasar memasak, mereka mendapatkan efek bonus sementara pada HP, jadi akan seperti apa itu ketika seorang master menyajikan masakannya?

 ҅Aku yakin bahkan pasangan bahagia yang telah menikah akan saling membunuh satu sama lain untuk mencicipinya.҆

Bukan hanya rasa dari masakan, tetapi juga bonus tambahan yang spektakuler. Roti gandum yang keras dan hambar seharga 3 copper vs masakan Perancis yang rasanya seperti surga dan meningkatkan berbagai statistik! Kontes telah berakhir bahkan sebelum dimulai.

Weed membayangkan bahwa makanan yang disajikan oleh seorang koki top akan mengklaim tumpukan gold untuk merasakan makanan mereka. Dia berpikir bahwa nilai dari patung akan tetap dangkal, tetapi skill memasak, selama itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan! Tidak akan berkurang pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Para penilai akan menginginkan makanan terbaik yang bisa mereka temukan, dan nilai dari seorang koki profesional akan menghantam langit-langit.

'Yah, beberapa orang mungkin sudah memikirkan hal ini sebelumnya. Para koki adalah satu diantara para profesional yang paling bersemangat dalam menjaga rahasia mereka. Mereka pasti merumuskan resep mereka sendiri dan meningkatkan skill memasak mereka.҆

Weed berpaling pada rekan-rekan timnya dengan wajah serius dan berkata,

"Aku tidak bisa membantah kalian memilih memandang rendah pada skill-skill kerajinan karena seluruh skill tempur memang penting. Tetapi aku berpikir bahwa skill-skill kerajinan bisa berakhir menjadi skill yang paling diperlukan di masa depan. Semua skill kerajinan memiliki sesuatu yang sama, dan mereka juga membantu kemampuan tempur sebuah avatar. Aku menyarankan kalian mempelajari skill memasak. Itu sangat penting untuk kehidupan kalian sehari-hari."

"...."

"Aku minta maaf." kata Surka dengan suara yang kecil.

"Aku lupa bahwa kau adalah seorang Sculptor, dan aku tanpa berpikir berbicara jelek tentang para pengrajin. Aku benar-benar minta maaf." kata Pale.

Surka, Pale dan Irene menjadi merah karena malu. Mereka berpikir bahwa Weed marah karena mereka telah meremehkan skill memasak, salah satu dari skill kerajinan, tepat didepan wajahnya.

"Bukan itu yang aku maksudkan. Kalian salah paham padaku."

Weed berkata sambil menggelengkan kepalanya.


Tak peduli seberapa keras dia menunjukannya pada mereka, mereka tidak akan mengerti sampai mereka merasa perlu untuk memahaminya. Toko tersebut memiliki suasana yang ramah karena sebagian besar menghibur para pelanggan reguler. Weed menerobos mereka dan berjalan ke kasir.

"Halo." kata Weed.

"Halo. Aku baru saja mendengarkan kamu. Kamu punya pemikiran yang benar tentang skill memasak!" kata si penjaga toko.

"Terimakasih."

"Wajahmu tampak akrab bagiku...."

"Yup. Aku datang kesini untuk belanja kebutuhan beberapa hari yang lalu."

Ketika Weed meningkatkan sculpture mastery dan skill memasaknya diwaktu yang sama, dia hanya mengunjungi toko ini untuk memborong bahan-bahan makanan— untuk alasan yang sederhana: harga murah.

Cara paling mudah untuk memaksimalkan keuntungan adalah dengan meminimalisir biaya dengan membeli jumlah yang banyak bahan-bahan sekali waktu agar mendapat diskon. Weed selalu datang ke toko ini untuk berbelanja, namun ini adalah pertama kalinya dia berbicara dengan si penjaga toko.

"Baiklah. Terimakasih telah mengunjungi tokoku. Ngomong-ngomong, apa kamu mengambil jalur koki sekarang?"

"Tidak. Profesi utamaku bukan seorang koki, tetapi aku tau nilai dari skill memasak."

"Bagus. Jadi apa yang bisa aku bantu?"

Mata si penjaga toko bersinar cerah, mengamati Weed. Dia sudah mengetahui dari percakapan dengan kurir tadi bahwa si penjaga toko adalah seorang player.

"Bumbu-bumbu dan saus." kata Weed.

"Hmm, kami punya berbagai macam bumbu-bumbu yang berbeda." kata si penjaga toko.

"Ada garam, gula dan merica, dan aku bisa menunjukkan padamu bahan lokal yang luar biasa, seperti merica dari daratan Elf, dan sebotol getah yang diperas dari beberapa tanaman di utara."

Di benua yang luas, banyak item dengan rasa yang khas yang dipanen oleh petani lokal dan diperdagangkan melalui karavan.

"Aku tidak memerlukan bumbu yang berlebihan. Yang biasa saja."

"Bagus. Hanya orang bodoh yang mau pamer pada orang lain mencari sesuatu yang spesial. Bagaimana dengan kualitasnya?"

"Tentu saja aku mau yang terbaik."

"Berapa banyak?"

Weed menghitung berapa banyak uang yang dia miliki di sakunya. Dia belum menjual berbagai bijih yang dia punya, kecuali perak yang dia kumpulkan dari para Ratu Ulat.

Dia menyimpannya untuk penggunaan dimasa depan, ketika dia meningkatkan skill Repair miliknya cukup untuk memungkinkan dia untuk mengurangi bijih-bijih tersebut.

"Aku punya 27 gold sekarang, aku mau membeli sebanyak mungkin." kata Weed.

"Oke. Aku akan memberimu ekstra beberapa." kata si penjaga toko.

Ketika rekan-rekan tim Weed mendengar percakapan antara dia dan si penjaga toko, mereka merasakan saling pengertian dan rasa hormat mengalir diantara mereka seolah-olah teman minum lama telah berkumpul kembali.

Dalam kenyataannya, si penjaga toko adalah seorang player yang telah mengambil jalur dari skill memasak. Ketika dia melihat Weed, dia menyadari bahwa saingan yang kuat dari gelombang terbaru telah muncul. Weed juga mengakui si penjaga toko sebagai seorang senior di bidang memasak, jadi mereka tak membutuhkan kata-kata.

Kontak mata saja sudah cukup memberitahu mereka. Dia mengemas bumbu-bumbu dan saus yang dia beli dari toko itu kedalam ranselnya. Setelah dia puas bahwa dia telah penuh persiapan untuk sebuah perjalanan baru, dia menuju ke perkemahan pasukan Darius dengan rekan-rekan timnya.

⧫⧫⧫⧫⧫⧫⧫

Pasukan pembebasan Desa Baran sudah menjadi pembicaraan di kota, jadi ada banyak player yang ingin bergabung dengan quest tersebut. Darius duduk dikursi kecil, saat dia mewawancarai pelamar untuk quest tersebut,

"selanjutnya, silahkan."

"Halo, namaku Cochran. Archer level 68. Aku ahli dalam Tembakan Beruntun, dan senjataku adalah Lasante's Bow."

"Lulus."

Barisan selanjutnya adalah party Weed dengan Pale yang ada didepan, yang berjalan kearah Darius dengan cemas. Pale berbicara sebagai perwakilan dari partynya.

"Kami berada dalam party yang sama. Level 50'an. Seorang Priestess, seorang Mage terspesialisasi pada elemen api, seorang Ranger, seorang Monk, dan..."

 Pale tergagap sebelum dia memperkenalkan Weed karena dia takut bahwa ketika disebutkan bahwa Weed adalah seorang Sculptor, Darius akan marah dan menolak mereka semua.

"Hmm, kau punya sebuah party yang seimbang. Bagus. Dan dia..."

Darius menunjuk Weed dan menanyai Pale,

 "apakah dia bagian dari party mu juga?"

"Ya."

"Total 5. Itu pas dengan tempat kosong yang tersisa dalam pasukanku."

"Kalau begitu...."

"Maukah kalian bergabung dengan quest untuk merebut Desa Baran?"

Darius bertanya, dan jendela pesan muncul didepan mata Weed.

*Ding*


Quest: Punitive Force to Baran Village 

Diluar perbatasan dari Kerajaan Rosenheim adalah alam liar yang penuh dengan monster. Tembok telah dibangun, dan pasukan dikirim untuk mencegah para monster menyerang kerajaan, namun ada sebuah celah. Melalui celah tersebut, segerombolan monster menerobos masuk dan menduduki Desa Baran Bersama para prajurit Rosenheim, selamatkan Desa Baran dari bencana, dan hancurkan para monster. 

Tingkat Kesulitan: D Persyaratan 

Quest: Harus selesai dalam waktu 30 hari

Pale berkata dengan senyum lebar.

"Tentu."

"Aku mau bergabung juga."

"Sama."

"Terimakasih atas ajakan questnya."

"Yup."

Weed adalah orang terakhir yang menerima quest tersebut.

*Ding*


Kamu telah menerima quest!


 "Oke. Ayo bergerak sekarang."

Darius berdiri dan berteriak.

"Semuanya yang tergabung dalam quest pasukan ini, kemarilah! Kita sudah punya cukup orang, jadi kita akan pergi sekarang!"

⧫⧫⧫⧫⧫⧫⧫

Tidak ada upacara untuk pasukan pembebasan Desa Baran. Hanya beberapa orang yang merupakan teman dari beberapa pasukan yang melambaikan tangan. 300 player, berbagai macam pakaian, bergerak dari Gerbang Selatan dan menuju Provinsi Selatan— tujuannya adalah Desa Baran.

Mereka berniat untuk merebut desa yang telah jatuh ke tangan lizardmen.

"Hehe. Aku belum pernah pergi sejauh ini dari Benteng sebelumnya. Ini terasa seperti kita melakukan karya wisata!" kata Romuna.

"Kupikir aku seharusnya membawa bekal." kata Irene.

Kedua gadis itu mengobrol dengan ceria. Udara segar dan hari yang cerah! Itu adalah hari yang sempurna untuk sebuah karya wisata. Para singa dan serigala, ketakutan dengan jumlah dari pasukan itu, lari dari jalur yang dilalui, memastikan keamanan dari perjalanan.

Sementara rekan-rekan Weed berjalan santai, menikmati percakapan, Weed memeriksa anggota pasukan yang lain, bagaimana penampilan mereka dan apa yang mereka pakai.

'Rata-rata level player dalam pasukan ini antara 40 dan 60. Aku mendengar bahwa level Darius adalah 140'an.҆

Darius memiliki 5 rekan, 3 Sword Warrior, seorang Thief dan seorang Warrior biasa.

 'Lebih baik aku mengasumsikan mereka memiliki level yang hampir sama.҆

Weed menyimpulkan bahwa Darius mengisi batalionnya dengan siapapun yang mau menerima quest tersebut, hanya untuk memenuhi syarat 300 player yang terlibat. Kecurigaan ini timbul pada Weed ketika Pale mendaftar untuk quest ini, dan Darius sangat longgar dalam menerima partynya.

Dalam kasus Weed, Darius bahkan tidak repot-repot menanyai profesi dan levelnya. ҅Kurasa dia mau menyelesaikan quest ini secepat mungkin. Banyak hadiah yang ditawarkan.҆ Sebuah perasaan waspada merayap dalam pikiran Weed.

Dia telah menyelesaikan penelitiannya sendiri terhadap Darius, pemimpin dari pasukan pembebasan tersebut, tepat setelah Pale mengirim pesan tentang quest ini. Darius punya reputasi yang buruk. Itu adalah sebuah fakta yang tersebar luas bahwa dia akan melakukan apa saja jika itu untuk kepentingannya sendiri.

"Semuanya, dengar." kata Weed dengan suara pelan.

"Huh?" kata Surka.

"Ketika kita sampai di Desa Baran, kita jangan percaya pada siapapun dengan mudah." kata Weed.

"Apa maksudmu?" tanya Romuna.

"Aku bilang, kita sendirian disini." kata Weed.

Pale melihat sekeliling seakan sadar oleh kata-kata Weed. Kemudian, dia setuju dengan Weed.

"Aku mengerti maksudmu, Weed-nim."

"Apa itu? Aku tidak mengerti." kata Surka.

Weed cemberut pada dia.

"Apa kita mengenal anggota lain dari pasukan pembebasan ini?"

"Tidak," kata Surka.

"Apa kamu mencoba untuk mengatakan jika sebuah item bagus dijatuhkan, seseorang mungkin membunuh kita untuk merebutnya?" tanya Irene.

Pertanyaan yang dia tanyakan segera membekukan semua orang dalam partynya. Surka dan Romuna bahkan tampak takut.

"Bukan itu yang aku maksudkan. Tentu saja, hal itu bisa saja terjadi. Tetapi aku tidak berpikir akan ada orang yang cukup berani untuk melewati batas didepan banyak saksi dalam pasukan ini. Jika dia mendapatkan tanda pembunuh dengan membunuh kita, dia akan menjadi musuh publik nomor satu tepat ditengah-tengah ratusan orang asing, mereka akan membunuh dia sebagai pembalasan. Juga, Darius tidak akan membiarkan hal itu terjadi, karena itu bisa membahayakan otoritasnya."

"Lalu, apa yang mengganggumu?" tanya Romuna.

"Kita tidak punya orang lain lagi untuk diandalkan. Itulah masalah kita." kata Weed.

Weed memimpin rekan-rekannya sedikit menjauh dari barisan pasukan untuk menghindari orang lain menguping, dan menambahkan,

"Meskipun level kita rendah, kita akan melawan monster dalam jumlah yang banyak."

"Tepat! Bukankah itu sebabnya mereka mengumpulkan 300 player untuk quest ini, dan meminjam 200 prajurit dari Tentara Rosenheim? Ketika kita menyelesaikannya, kita akan mendapatkan banyak EXP dan Fame." kata Surka.

"Ini dia pertanyaannya. Bagaimana kalian akan bertarung ketika pertempuran dimulai?" tanya Weed.

"Memang benar, kita memiliki banyak orang, tetapi kita hanya sekumpulan orang asing yang tidak mengetahui apa-apa tentang masing-masing orang. Kita tidak tau skill apa yang dimiliki Ranger yang disana. Kita tidak tau apakah pria yang seperti Mage disampingnya benar-benar seorang Mage atau hanya seorang penipu yang menyamar. Bayangkan jika lizardmen menyerang kita secara tiba-tiba, bagaimana kamu akan beraksi pada mereka? Bagaimana bisa kita tetap bersama dan menyerang balik?"

"Tetapi apa yang salah dengan hal itu? Bukankah raid memang seharusnya seperti ini?" tanya Irene.

Ketika Irene mengajukan pertanyaan yang lain, Pale menggelengkan kepalanya.

"Kebanyakan quest penyerbuan hanya tentang membunuh jumlah tertentu dari monster atau menyelesaikan suatu area pada skala terbatas. Aku belum pernah mendengar tentang pertempuran skala besar melawan pasukan monster di sebuah medan terbuka seperti quest ini. Kita punya 300 player dan 200 prajurit disini, tetapi ketika sebuah pertarungan dimulai, kita akan tetap menempel pada rekan tim kita sendiri dan pecah menjadi bagian-bagian." kata Pale.

"Itu artinya...."

"Irene-nim, jumlah selalu berbohong. 300 player dan 200 prajurit tidak menjamin bahwa party tersebut akan sekuat jumlah kekuatan mereka. Jika kita bisa mengalahkan monster, itu akan baik-baik saja. Namun jika kita menghadapi perubahan kejadian yang tak terduga, kita akan hancur seperti tumpukan kartu. Kita harus berhati-hati." kata Weed.

Darius terlalu tak sabaran dan tertalu terobsesi dengan membuat kemenangan cepat. Karena ada banyak player yang ingin bergabung dengan quest ini, dia bisa menerima para player berlevel tinggi untuk menurunkan resiko kegagalan dalam situasi darurat— meskipun party Weed mungkin tidak akan bisa bergabung jika itu yang terjadi.

Namun, Darius bertekad untuk memiliki semua poin publik servis, jadi dia telah menolak para player di level 100 atau diatasnya. Sebaliknya, dia mengisi tempat tersebut dengan para player berlevel rendah.

Dia juga telah memerintahkan para prajurit Rosenheim untuk tetap dibelakang dan mengikuti pasukan utama agak jauh.

 ҅Aku yakin dia khawatir bahwa pasukan ksatria mungkin mengambil beberapa EXP dan Fame yang seharusnya milik mereka.҆

Jika Weed yang menjadi pemimpin pasukan untuk quest ini, dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Dia akan mengabaikan 300 player itu, dan malah, memanfaatkan dengan baik para prajurit Rosenheim.

Jika dia mengkomandani NPC untuk menghacurkan sekelompok lizardmen, reputasi publik dan Charismanya akan naik. Kau bisa mendapatkan Fame dan EXP dengan cara yang berbeda, tetapi statistik Charima memerlukan kesempatan semacam ini untuk naik dengan cepat. Weed sekali lagi mengingatkan rekan-rekannya untuk berhati-hati.

⧫⧫⧫⧫⧫⧫⧫

Pasukan itu berhenti dari waktu ke waktu untuk beristirahat dan makan. Para player dalam pasukan pembebasan tersebut memakan makanan kering yang mereka bawa, atau makanan ringan. Para prajurit Rosenheim tetap pada jadwal makan 3 kali setiap hari.

"Bagaimana kita akan menyiapkan makanan?" tanya Surka.

Pale dan Surka melirik pada Weed saat mereka membicarakan tentang waktu makan yang akan datang. Mereka tau, dari percakapan yang terjadi di toko dilain hari bahwa Weed jago memasak. Weed melangkah maju untuk menunjukkan skill memasaknya.

"Aku akan menyajikan makanan untuk kalian. Pale-nim, bisakah kau pergi berburu kelinci atau rusa? Setidaknya masing-masing dua ekor." kata Weed.

"Oke." kata Pale.

Pale mengeluarkan busurnya, dan tak lama kemudian, kembali dengan 3 kelinci dan 2 rusa. Sebagai seorang Ranger yang terspesialisasi dalam busur, dia sekarang bisa menembakkan panah pada seekor kelinci tanpa meleset.

"Sekarang aku akan mempersiapkan makanan yang lezat untuk kalian." kata Weed.

Weed menyalakan api unggun, menguliti kelinci dan rusa tersebut, menusuk sate mereka, dan menempatkannya tepat diatas api. Memutarnya sedikit demi sedikit, dia memberi garam dan merica secara merata.

"Heeyah, itu tampak lezat." kata Surka.

"Bisakah kita makan sekarang?" tanya Irene.

Surka dan Irene telah diperbudak oleh aroma dari daging panggang itu— godaan untuk memakan mereka hampir tak tertahankan. Weed telah memikat lidah dan perut Sir Midvale dan pasukannya di Lair of Litvart. Mereka telah memakan sup daging buatannya seperti segerombolan serigala kelaparan, dan bahkan menghabiskan sisa-sisa yang tertinggal didasar panci.

Dibandingkan hari-hari itu, skill handicraft tingkat menengahnya sekarang memperkuat rasa dari makanan buatannya, dan statistik Art yang diterapkan membuat daging kelinci tampak lebih menimbulkan selera. Bahkan tusuk sate yang menusuk mulut rusa sampai bagian belakangnya untuk menjaganya tetap diatas api tampak sangat indah.

"Silahkan dinikmati." kata Weed ketika dia yakin bahwa dia telah menyita cukup banyak waktu untuk menyiksa rekan-rekannya dengan pemandangan makanan tersebut.

Seperti kata pepatah, rasa lapar adalah jenis bumbu yang terbaik.

*Nyam*

Segera setelah Weed memberi lampu hijau pada rekan-rekannya, mereka bergegas ke daging panggang itu dan mulai merobek daging dari tulang lalu melemparkan kedalam mulut mereka.

"Ya tuhan! Ini enaaaaaaak sekali!" teriak Surka sambil mulutnya penuh makanan.

"Kamu yang terbaik, Weed-nim." kata Romuna, memberi acungan jempol dengan tangan berminyak.

Mulutnya dilapisi minyak berwarna kuning. Tampaknya telah menyerah pada kerakusan, salah satu dari tujuh dosa, Irene si Priestess tengah memakan kelinci utuh, sementara Pale sedang sibuk menggilas kaki belakang rusa. Mereka bahkan menjilati tulangnya.

"Terimakasih, Weed-nim."

Merasa senang oleh makanan yang enak tersebut, mereka memuji Weed lagi dan lagi.

"Biasa saja."

Weed melihat sekeliling, dan mendapati banyak player lain telah mengelilingi pesta kecil mereka tanpa dia sadari.

"Kelihatannya enak sekali..." salah satu dari mereka berkata dengan sedikit air liur muncul dari sisi mulutnya.

"Benar...."

"Aku iri bahwa dia menikmati makanan seperti itu!"

Diantara anggota pasukan pembebasan, nafsu makan dari para penonton semakin terangsang oleh pemandangan Irene dan Romuna yang sedang menikmati saat-saat terindah dalam hidup mereka.

"Apa kau keberatan jika aku meminta sedikit daging itu?" tanya seorang pria.

Weed membagikan makanannya pada orang lain.

"Silahkan. Tetapi kau harus membawa daging lain kali."

"Oh, terimaksih banyak." mereka menerima makanan Weed penuh dengan rasa syukur.

Tetapi makanannya telah habis sebelum banyak orang yang mencicipinya. Weed mulai bekerja lebih keras pada jam makan selanjutnya, karena banyak player mendatangi dia dengan membawa daging dan meminta dia untuk memasaknya untuk mereka.

Dalam kenyataannya, beberapa dari mereka tau bagaimana cara memasak. Mereka dipaksa menyiapkan makanan ketika mereka kehabisan makanan kering yang mereka miliki selama misi perburuan.

Namun, terus terang, 80% dari pasukan tersebut adalah laki-laki, yang membenci pekerjaan yang berhubungan dengan dapur, seperti mengupas kentang dan memotong bawang. Hal yang sama berlaku untuk para player perempuan.

Bahkan mereka yang mempelajari skill memasak lebih suka memngumpulkan daging dan memberikannya pada Weed daripada memasaknya sendiri.

"Aku merasa tak enak padamu. Aku benar-benar berhutang padamu!" kata seorang pria dihari kedua perjalanan.

"Tak masalah. Kau tak perlu mengatakan itu. Aku melakukan ini untuk kesenangan." kata Weed.

"Tapi...."

"Apa kau benar-benar tak nyaman dengan itu? Kalau begitu, bagaimana kalau begini ini? Mari membuat kesepakatan. Jika kau mau melunasi apa yang kau rasa berhutang padaku, kau bisa membayar makanannya. Untuk bumbu dan sausnya, kau tau." kata Weed.

"Aku suka itu, aku merasa lebih baik dengan cara itu."

Sebuah pekerjaan sampingan yang hebat~! Weed mulai mengumpulkan sedikit biaya untuk memasak. Tentu saja, itu jauh lebih besar dari pada harga aslinya dari saus dan bumbu-bumbu itu, tetapi tak seorangpun komplain tentang hal itu karena mereka merasa itu bisa diterima.

Ketika pasukan itu berhenti di kota dalam perjalanan ke Desa Baran, Weed membeli bahan makanan dalam jumlah yang banyak di toko pangan setempat. Dia perlu untuk mengupdate resepnya untuk meningkatkan skill memasaknya pada kecepatan yang lebih cepat. Ditambah, tipe-tipe menu baru yang belum pernah dia coba sebelumnya selalu diterima dengan baik oleh para pelanggannya.

Dengan bahan-bahan makanan yang dia beli dari toko pangan, dia sibuk dengan mereka dalam perjalanan dan memasaknya saat jam makan. Zahab's Sculpting Knife, selain penggunaan aslinya, itu sangat sempurna untuk mengupas kentang.

'Yah, mengukir patung dan mengupas kentang adalah jenis yang sama.҆

Makanan yang dipersiapkan oleh Weed pada dasarnya meningkatkan HP yang memakannya sebanyak 5%, dan karena skill handicraftnya berada pada tingkat menengah, itu memberikan bonus tambahan. Sederhananya, skill handicraft tingkat menengah meningkatkan efek aslinya sebanyak 30% untuk sword mastery, dan 50%untuk skill memasak.

Oleh karena itu, efek akhir pada HP meningkat 7,5%. Itu mungkin terdengar sepele, tetapi perbedaannya bisa menyelamatkan hidup ditengah-tengah pertempuran yang kacau dimana serangan yang entah darimana selalu mengintai dari belakang.

Wajah-wajah yang akrab mendekati Weed, yang tengah tenggelam dalam memasak. Mereka mengenakan seragam dari Tentara Rosenheim.

"Komandan!"

Hanya sekelompok NPC yang akan memanggil Weed dengan gelar itu. Dia berhenti mengiris daging, mengangkat kepalanya dan melihat wajah-wajah yang telah dia lihat sebelumnya. "Kalian adalah..." kata Weed.

"Hormat! Salam pada Komandan!"

Mereka adalah Becker, Hosram dan Dale, saudara seperjuangan yang bertarung bersama Weed di Lair of Litvart.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Weed.

"Kami semua dipromosikan menjadi Denarion, Komandan." kata Becker.

Ketika para prajurit yang dilatih secara menyeluruh oleh Weed telah dipromosikan menjadi Denarion, mereka tidak bisa kembali ke resimen asli mereka. Jadi, atasan militer menugaskan mereka dengan rekrutan baru dan misi baru.

"Kurasa mereka memberitahu kalian untuk bergabung dengan pasukan pembebasan menuju Desa Baran." kata Weed.

"Ya, Komandan." kata Dale.

"Setelah misi selesai. Kami akan ditempatkan didesa itu untuk mengamankan area sekitarnya."

Sejumlah mantan bawahan Weed, termasuk Buran, ditempatkan dibawah komando Sir Midvale, tetapi sisanya, sekarang adalah Denarion, yang saat ini bertugas dalam pasukan pembebasan ini. Itu adalah hidung tajam Becker yang mencium masakan Weed dan melacaknya untuk menemukan sang mantan komandan.

"Hehe." Hosram tertawa.

"Saya rindu masakan anda, Komandan." kata Becker.

"Saya minta maaf bahwa kita tidak melayani anda lagi, tetapi kenapa tidak kita tunjukan bahwa persahabatan lama tidak akan pernah mati?"

Para mantan bawahannya berkata sambil memegang perut mereka yang kosong.

"Bagaimana bisa dia kenal dengan prajurit Rosenheim?"

"Mereka bukan prajurit infantri. Mereka tampak seperti Denarion."

"Mereka memanggil dia Komandan."

Surka dan Pale tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Seorang Denarion adalah posisi yang agak tinggi, dan level dari para Denarion itu tampaknya lebih tinggi dari level mereka.

"Oke. Ini."

Weed menyajikan apa yang tengah dia masak pada mantan bawahannya tanpa syarat. Tak perlu dikatakan lagi, semua jatah persediaan pada pleton mereka mulai diselundupkan pada Weed sejak saat itu.

⧫⧫⧫⧫⧫⧫⧫

Tepatnya butuh 10 hari berjalan kaki untuk pasukan itu untuk sampai di Desa Baran. Weed berniat untuk meningkatkan skill memasaknya dalam perjalanan. Untuk mencapai tingkat menengah pada skill memasak, itu tidak hanya dibutuhkan kemahiran dalam skill tetapi juga kerja keras yang sangat banyak.

Kembali ke hari-hari di Lair of Litvart, Weed menyajikan makanan untuk 32 orang tiga kali sehari, 96 hidangan dalam sehari, dan totalnya 3000 mangkuk sup daging. Lalu, dia mendirikan sebuah warung makan untuk menyiapkan dan menjual makanan di dalam Benteng.

Sekarang dia memberi makan ratusan mulut dalam perjalanan, diperkirakan bahwa dia setidaknya menyajikan 10.000 makanan. Menganggap bahwa seseorang makan tiga kali sehari, dibutuhkan 90 porsi dalam sebulan, sekitar 1080 porsi selama setahun.

Weed telah menyajikan apa yang setara dengan jumlah selama 10 tahun untuk satu orang untuk mencapai tingkat menengah dari skill memasak, jadi jika kau tidak mendapatkan pemahaman tentang hal itu, lupakan saja.

Memasak sebagai sebuah hobi tidak bisa dibandingkan dengan menyiapkan ribuan hidangan untuk mendapatkan EXP untuk skill memasak. Meskipun seni memahat adalah yang terbaik untuk meningkatkan skill handicraft, Weed takut untuk menarik perhatian yang tak diinginkan dengan mengukir patung dalam perjalanan.

Memasak bisa diterima lebih mudah, menghasilkan uang dan mendapat rasa terimakasih, atau rasa hormat dari orang lain.

⧫⧫⧫⧫⧫⧫⧫

Pasukan akhirnya bisa melihat Desa Baran.

"Kita hampir sampai."

"Monster macam apa kira-kira yang ada disana? Aku tak bisa menunggu untuk melawan mereka."

Mengobrol kecil, Irene dan Surka berjalan, sementara Weed, sekarang selesai memasak dan menatap langit. Tak ada apa-apa disana selain awan putih yang dengan malas mengarungi langit biru.

'Sudah kuduga. Kota Langit tak lebih dari sekedar mitos. Aku telah terganggu oleh sebuah mitos bodoh. Desa Baran— buku itu mengatakan desa itu adalah tempat terakhir yang memiliki hubungan dengan Kota Langit. Itu sebabnya aku bergabung dengan quest ini, tetapi aku telah salah.҆

Secercah harapan yang dia miliki telah hilang. Ketika pasukan bergerak mendekati Desa Baran, Darius berteriak.

"Berhenti!"

Darius memberi sinyal pada seluruh pasukan untuk berhenti seketika. Ketika Weed yang ada dibarisan belakang berjalan maju, dia melihat seorang pria tua dalam pakaian yang lusuh dan puluhan anak kecil terseok-seok kearah pasukan.

"Apa urusanmu?" tanya Darius, dia bahkan tidak turun dari kuda— Darius dan anak buahnya adalah satu-satunya player yang menunggang kuda.

"Salam, Komandan Yang Terhormat. Kami adalah penduduk yang selamat dari Desa Baran." kata pria tua itu.

"Namaku Ghandilva, tetua dari desa. Aku baru-baru ini mengirim Jakson untuk melaporkan berita buruk tentang bencana di desaku kepada Yang Mulia dan meminta pertolongan. Aku harap anda adalah orang yang akan menyelamatkan kami dari kesengsaraan."

"Ya." kata Darius.

Ghandilva adalah seorang tetua dari Desa Baran, dan anak-anak yang ketakutan yang mengikuti dia telah melarikan diri dari desa bersama dia ketika diserang oleh lizardmen.

"Kami akan merebut kembali Desa Baran dengan segera." kata Darius pada Ghandilva.

"Jadi tenanglah dan tunggu sebentar lagi untuk berita bagusnya."

"Aku senang mendengarnya, anda adalah seorang komandan yang terhormat. Ngomong-ngomong, aku punya permintaan pribadi..." kata Ghandilva.

"Apa itu?"

"Tolong selamatkan orang-orang kami yang ditangkap oleh mahluk-mahluk hina itu. Ini adalah keinginan terakhir dari pria tua yang rendah ini."

Ghandilva memohon sambil menangis. Mata Darius berkilauan.

"Apakah ini sebuah quest?"

"Ya, ini adalah quest dari desaku, komandan yang terhormat." kata Ghandilva.

"Imbalan apa yang bisa kau berikan padaku?"

Darius bertanya secara langsung. Sebagai seorang player berlevel tinggi, Darius tidak terburu-buru pada setiap quest yang ditawarkan padanya. Ada sangat banyak quest yang tersedia, dan banyak dari mereka hanya membuang-buang waktu. Ghandilva menundukan wajahnya.

"Kami tidak memiliki sesuatu yang berharga untuk diberikan pada anda, tuan. Yang bisa aku berikan adalah ini..."

Ghandilva menunjukkan sebuah benih yang tampak biasa.

"Kupikir begitu. Hadiah apa yang bisa aku harapkan dari seorang pria tua yang telah kehilangan desanya pada sekumpulan lizardmen rendahan? Tak ada harta, tak ada item." kata Darius.

Darius mencibir dengan dingin. Dia pikir pria tua itu datang padanya untuk menimbulkan masalah sebelum dia mengusir para lizardmen dari desa itu.

"Kalau begitu aku akan mengambil alih desa dengan cepat, dan jika kami punya waktu luang setelah pertempuran, aku secara pribadi akan memastikan untuk mengirim beberapa pasukan untuk menyelamatkan tawanan." kata Darius.

"Kami tidak bisa secara serius mengharapkan bahwa para sandera yang ditangkap oleh para lizardmen masih hidup sampai sekarang. Jangan menguji kesabaranku, orang tua."

Darius berlari mejauh dari Ghandilva dengan kejam. Beberapa player dalam pasukan pembebasan itu memanggil nama pemimpin mereka, namun tak satupun berani menolong tetua itu. Ghandilva terlempar kedalam keputusasaan. Kemudian, seseorang memegang tangannya yang keriput. Itu adalah Weed.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar