"Semoga berhasil, Weed-nim."
"Jika kamu membuat patung yang terlihat seperti aku, aku akan memberimu hadiah."
Telah diputuskan bahwa sementara Weed mengukir patung, rekan-rekannya akan berkeliaran, memburu monster dengan para player yang lain. Sejumlah lizardmen yang selamat masih mengganggu penduduk setempat, dan ada tempat berburu yang bagus di sekitar desa.
Weed sudah mengungkapkan dirinya sebagai seorang Sculptor, jadi para player lain mengasumsikan bahwa questnya berkaitan dengan profesinya, dan tak seorangpun bertanya tentang hal itu.
"Semoga berhasil."
Setelah semua orang pergi, Weed berdiri tak bergerak di alun-alun desa. Dia melihat bahwa ada beberapa prajurit Rosenheim dan warga desa yang telah kembali. Mereka menatap dia dengan mata penuh harap.
"Aku harus mencari sebuah batu." kata dia pada dirinya sendiri.
Tak perlu dikatakan, patung tersebut harus terbuat dari batu. Weed sangat terbiasa dengan mengukir kayu, dan ini adalah pertama kalinya dia menangani batu.
Beruntungnya, ada banyak batu di lingkungan sekitar yang sesuai dengan keinginannya. Bagaimanapun juga, Baran adalah sebuah desa terpencil yang berada di kaki gunung.
Dari batu-batu itu, dia akhirnya memilih satu yang sangat besar yang seorang pria dewasa tidak bisa memeluknya dengan lengannya.
"Ayo lakukan."
Weed mengeluarkan sebuah palu dan pahat untuk membelah batu tersebut.
*Ding*
Item : Hammer and Chisel for Sculpture
Ketahanan : 10/10
Mereka adalah satu set item untuk mengukir batu. Relatif murah, mereka rentan dan mudah hancur. Penanganan hati-hati sangat direkomendasikan.
Efek: Sculpture Mastery +1.
Weed membelinya dari toko patung di Benteng Serabourg hanya untuk berjaga-jaga, namun dia tak pernah berpikir dia akan benar-benar menggunakannya dalam perjalanan.
*Clang Clang Clang!*
"Satu-satunya perbedaan antara mengukir batu dan kayu adalah bahannya. Pemahatan adalah tentang gambaran mental dan tentang bagaimana untuk membentuk sebuah objek dari itu. Yang perlu aku lakukan adalah mereproduksi gambaran dalam pikiranku. Dan membuat patung terbaik, patungku sendiri, dari batu ini."
Weed menangani batu itu dengan hati-hati. Membentuk sebuah batu menuntut lebih banyak waktu dan energi dari yang bisa kau bayangkan. Sedikit kejutan pada tempat yang salah dan retakan akan menyebar pada seluruh batu tersebut. Sebuah patung harus memiliki jaminan umur panjang.
Butir-butir keringat membanjiri dahi Weed karena konsentrasi dan aktivitas fisik. Dihari kedua dari tugasnya, batu itu telah dipangkas sangat sedikit dibandingkan hari pertama, karena Weed sampai sejauh ini telah gagal untuk menggambarkan gambaran pasti dari seorang dewi.
Dewi Freya hanya diketahui memiliki kecantikan maksimal. Tak ada mahluk hidup yang pernah melihat penampilannya yang sebenarnya dan inilah sebabnya para Sculptor dan para Pelukis sama-sama sering tertantang ketika menciptakan karya seni tentang Dewi Freya.
Para seniman selalu meragukan bagaimana caranya untuk menggambarkan Dewi Freya untuk mewujudkan kecantikannya sampai batas maksimal.
Untuk alasan ini saja, dia tidak pernah digambarkan secara identik dalam lukisan dan patung. Para seniman benar-benar sakit kepala tentang masalah ini. Namun, pada saat yang sama, itu menstimulasi dan menantang kebanggaan dan skill mereka sebagai seniman.
Misalkan dua rival mengukir patung atau melukis Dewi Freya, dan bagaimana jika dewi yang digambarkan oleh salah satunya lebih cantik dari yang lainnya?
Kesampingkan skill melukis, dewi kecantikan hanya dikagumi selama dia adalah yang paling cantik dari yang lainnya, jadi satu-satunya dengan karya yang paling indah akan mengklaim semua pencapaian pada akhirnya.
'Kecantikan. Aku harus mengukir Dewi Freya yang paling cantik di benua.҆
itulah satu-satunya tujuan yang memenuhi kepala Weed. Itu sebabnya Romuna bercanda bahwa dia ingin menjadi model patung Weed.
*Claaaaang! Clang!*
Kecepatan palu dan pahat yang bekerja pada batu itu melambat, karena Weed menggali lebih dalam pada pikirannya.
'Bagaimana, dan siapa yang harus aku bentuk pada patung ini?҆
Pikiran Weed menjadi labirin kusut saat dia mengikuti pemikiran satu demi satu.
Meskipun profesi menjadi seorang Sculptor ini awalnya bukanlah pilihannya, malas pada tugas yang diberikan padanya sangat bertentangan dengan tempramennya.
Jika pekerjaan yang diselesaikan ternyata biasa-biasa saja, itu akan melukai harga dirinya sebagai seorang Sculptor. Ditambah, Famenya akan lenyap, yang tidak bisa dia abaikan atau biarkan.
"Siapa yang harus aku pilih, siapa...."
Pada saat ini, sosok seseorang menyadarkan Weed.
"Dia..."
*Clang! Clang! Clang!*
Palu dan pahat itu mulai menambah kecepatan pada akhirnya. Batu tersebut perlahan-lahan dipangkas, sosok patung itu muncul sedikit demi sedikit. Saat pecahan batu itu jatuh ke tanah, patung tersebut mulai menunjukkan bentuknya. Sebuah kecantikan tiada tara.
Seorang bidadari turun dari langit dan tersenyum. Senyumnya menyelimuti dunia dengan cahaya. Dia adalah seorang gadis.
҅Seoyoon.҆
Patung yang Weed ukir didasarkan pada Seoyoon. Dia melihat wajahnya hanya sekali selama perjamuan daging panggang di rumah instruktur, tetapi Weed tidak pernah melihat kecantikan lain yang bisa dibandingkan dengan miliknya.
Bahkan seorang bintang film tidak bisa menyaingi dia dalam kecantikan alami, dimana martabat misterius dan mulia telah dikombinasikan.
Namun ada sebuah kecacatan pada dia. Dia tak pernah tersenyum, dan wajahnya kosong tanpa ekspresi apapun. Disisi lain, patung tersebut tengah tersenyum dengan senyum yang indah.
Seorang wanita dalam pakaian petualang, memegang sebuah pedang. Bahkan, Weed menjadi sangat terpesona oleh patung yang tak lain adalah yang dia kerjakan sendiri.
Dia berpikir dia hanya akan mencoba meniru wajah cantik Seoyoon, tetapi seiring berjalannya waktu, dia merasa hatinya berdebar-debar pada pemandangan dari senyum patung itu.
Patung yang memiliki sebuah pesona misterius untuk memikat orang-orang tanpa henti itu masih dalam proses penyelesaian.
"Ya ampun!"
"Lihat itu!"
Meskipun bentuknya masih kasar, para prajurit Rosenheim terpaku pada pemandangan itu. Bahkan warga desa telah berkumpul, meninggalkan pekerjaan rekonstuksi desa, dan mengagumi Weed yang tengah bekerja mengukir patung itu.
*Ding*
Patung : Patung Dewi Freya
Freya, dewi kecantikan dan kemakmuran, adalah dewi pelindung di Desa Baran. Patungnya dulu berdiri di alun-alun, tetapi itu telah hancur karena sebuah pohon pinus ketika banjir melanda desa Ghandilva si Tetua menyesalkan atas hancurnya patung dewi itu, dan memintamu untuk mencari penggantinya dan membawanya kembali.
****
Seorang player memasuki Desa Baran melalui gerbang. Dia mengenakan pakaian pengembara, tetapi wajahnya tersembunyi dibalik tudung. Seoyoon.
Dia telah menghilangkan tanda pembunuh yang menyala merah pada dahinya dengan membunuh banyak monster, dan tak membunuh sesama player. Jadi namanya tak lagi berwarna merah terang.
҅Ada banyak orang disini. Ini menganggu, aku hanya ingin bertarung.҆
Dia sangat frustasi.
Seoyoon pelan-pelan berjalan menuju rumah Ghandilva untuk menyelesaikan questnya. Didalam ransel yang telah diperkuat yang bisa menyimpan 10X berat dan volume dari kapasitas aslinya adalah sebuah patung Dewi Freya.
Rumah Ghandilva, yang tidak dia kunjungi selama beberapa bulan, sebagian telah dihancurkan oleh para lizardmen.
Pada saat dia hendak membuka pintu—
"Kau benar-benar hebat! Dewi Freya yang kau ciptakan benar-benar indah!"
"Kau terlalu berlebihan, pak. Patungnya hanya setengah jadi."
Seoyoon bisa mendengar orang didalam tengah berbicara.
"Aku tidak bisa mengambarkan seberapa banyak aku menghargaimu, Weed-nim. Ketika patung dewi itu selesai, desaku akan hidup damai sekali lagi. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu. Silahkan nikmati."
*Munch Munch*
Sekarang Seoyoon bisa mendengar seseorang melahap makanan mereka. Menyanjung sang instruktur saat di Training Hall— Weed telah menggunakan trik ampuh yang sama pada Ghandilva sang tetua dari Desa Baran.
"........"
Seoyoon melepaskan gagang pintu dari genggamannya.
****
Dua bulan sebelumnya, Seoyoon telah meninggalkan rumah sang instruktur, dan menuju ke selatan. Dia hanya berkeliaran di daerah pedalaman yang tak berpenghuni dan kadang-kadang mengunjungi desa-desa terpencil, bertarung dengan monster disepanjang jalan.
Entah itu pegunungan atau sarang monster akan cocok dengan dia asalkan disana ada monster yang lebih banyak. Pertempuran setelah pertempuran.
Selama Seoyoon bisa bertarung, dia bisa melupakan segala sesuatu yang lainnya. Pada akhirnya, dia sampai di Desa Baran. Desa tersebut sangat damai saat itu, sebelum penyerangan para lizardmen.
'Whew.... Apa yang harus aku lakukan sekarang?҆ pikirnya dengan singkat.
Seoyoon mengunjungi desa untuk membeli makanan dan menjual hasil buruannya dipasar desa. Saat dia berjalan melewati pusat desa, dia tak sengaja mendengar keluhan Ghandilva.
Sang Tetua tengah sedih karena hancurnya patung dewi ditempat dimana dulunya patung itu berada, dan saat melihat Seoyoon yang kebetulan datang, dia meminta bantuan Seoyoon.
"Kamu sepertinya orang yang tepat untuk mencari pengganti patung Dewi Freya yang hancur untuk desaku! Maukah kamu mengabulkan keinginan terakhir dari orang tua ini?" tanya sang Tetua desa.
*Ding*
Quest : Restore
the destroyed Goddess Freya Statue
Freya adalah seorang dewi yang banyak dipuja di Rosenheim. Dia dikenal mengatur kemakmuran dan keindahan. Desa Baran adalah pemuja taat dari Freya dan selalu berdoa untuk kedamaian dan kemakmuran pada patung kota sampai patung itu hancur secara tak secara tak sengaja. Persyaratan Quest : Selesaikan sebelum sang Tetua mati. Hadiah : Rasa syukur dari warga desa dan bayaran. |
Diam tanpa kata seperti biasanya, Seoyoon tak bisa mengambil kebanyakan quest yang tersedia untuk para player lain. Karena dia tak mampu membangun persahabatan dengan NPC, apalagi para player, dan hampir buta pada latar belakang informasi dan sejarah Royal Road.
Yang bisa dia lakukan dikota manapun adalah menjual item-item yang dia dapatkan, dan membeli item yang dia butuhkan.
Namun, dia mengangguk pada Ghandilva yang berada dalam kesedihan, dan menerima quest tersebut.
*Ding*
Kamu telah
menerima quest.
|
Pilihan yang tepat untuk menyelesaikan quest tersebut adalah kembali ke Benteng Serabourg, membeli patung perempuan disana dan membawanya kesini, tetapi dia pergi untuk mencari yang asli.
Tujuannya adalah Order of Goddess Freya. Melalui Kerajaan Brent di utara, dan melintasi Halkos Wilderness di barat daya, itu adalah Free City of Somren. Order of Goddess Freya terletak disana.
Itu akan menjadi sebuah perjalanan yang panjang sekitar 3 bulan melalui rute resmi, tetapi dia bisa sampai kesana dalam sebulan jika dia mendaki Pegunungan Bark di barat.
Petualang yang masih punya pikiran waras akan menghindari rute ini karena mereka harus bertahan melawan jumlah monster yang sangat banyak. Namun bagi Seoyoon, yang telah menjadi penggila maniak pertempuran, dia memilih melewati Pegunungan Bark.
Meninggalkan mayat monster yang tak terhitung jumlahnya, dia sampai di Order of Goddess Freya dan membeli patung Dewi Freya, yang bahkan telah disahkan dan diberkati oleh Uskup Agung Mandolin. Untuk itu, dia telah menghabiskan sebagian besar goldnya.
"...."
Seoyoon menjauh dari rumah Ghandilva. Dalam perjalanan ke gerbang, dia berhenti di alun-alun desa. Ada sebuah patung yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Sebuah patung Dewi Freya yang masih belum selesai.
"Bukankah dia benar-benar seorang dewi yang cantik, pengembara?"
Seorang gadis berbicara pada Seoyoon. Tetapi matanya tengah terpaku pada patung itu.
"Weed, salah satu penyelamat heroik desa kami, adalah yang mengukir patung dewi itu untuk kami. Ketika patung itu sudah selesai, desaku akan bebas dari monster dan kami akan hidup dalam damai sekali lagi. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia tidak ada disini untuk kami...."
Seoyoon menatap patung buatan Weed. Itu belum selesai. Namun patung itu tampak cantik. Hampir menyilaukan matanya.
Patung Dewi Freya tersebut memancarkan keindahan yang menenangkan bagi orang yang melihatnya sambil menunjukkan sebuah senyum lembut dan menghibur.
Saat dia menatap patung tersebut, dia merasa bahwa senyum itu mengubah dunia menjadi sesuatu yang lebih cerah, dan lebih positif.
Patung Dewi Freya lain yang dia bawa adalah sebuah maha karya dari Order of Goddess Freya, patung itu juga memiliki nilai seni tinggi dan memiliki aura religius.
Namun, setelah dia memandang patung yang diukir oleh Weed, dia berpikir bahwa patung yang dia bawa adalah barang murahan, layaknya cahaya kunang-kunang dihadapan matahari.
"......"
Seoyoon memandang patung itu selama beberapa saat dan meninggalkan Desa Baran dalam keheningan— tanpa menyadari bahwa model dari patung yang dibuat oleh Weed adalah dirinya.
****
*Brrrrr*
Bahkan Weed yang tak takut pada apapun, merasakan jari-jarinya gemetar pada saat itu. Dia telah menghabiskan 10 hari berusaha keras pada pekerjaan ini.
Karena berita dari patung Dewi Freya yang baru telah tersebar luas, banyak penonton mengunjungi Desa Baran. Selain pasukan pembebasan dan prajurit Rosenheim, orang-orang datang dari kota Demeron yang relatif dekat jaraknya.
Dengan sentuhan akhir pada mata dari sang dewi oleh Weed, patung tersebut telah selesai.
"Sungguh dewi yang cantik!"
"Dewi Freya benar-benar turun ke desa kita!"
Warga desa dan para penonton berseru. Itu sangat berisik dengan obrolan, dan doa-doa dari mereka yang berlutut dihadapan patung itu. Lalu, sebuah jendela pesan yang hanya terlihat oleh Weed muncul.
*Ding*
Patung Selesai : Patung Dewi Freya
(Finepiece)
Seni tak selalu
diakui karena modelnya dan keterampilan karya tersebut. Itu layak
disebut seni hebat selama karya tersebut menyentuh banyak hati dan
membersihkan banyak pikiran. Patung Dewi Freya, kecantikan yang luar
biasa, meskipun keahlian rendah dalam Sculpture Mastery, akan
selalu menarik mata publik selamanya.
Nilai Artistik : 150
Efek Spesial :
Meningkatkan
regenerasi HP dan MP sebesar 15% selama 24 jam. Efek ini tidak bisa
digabung dengan efek patung lain.
Jumlah Fine Piece yang
telah diciptakan : 1
|
'Fine piece!' pikir Weed dengan semangat.
Gelar ini hanya diberikan pada karya seni yang diakui oleh banyak player. Kemampuan yang luas saja tidak bisa menghasilkan Fine piece, Grand piece, atau Master piece dalam sculpture mastery.
Hanya ketika seorang Sculptor mengabdikan dirinya untuk menciptakan sebuah karya dari jiwa dan hatinya yang sangat dihargai oleh banyak player yang lain, saat itulah karya tersebut layak mendapatkan gelar diatas.
Dengan kata lain, Patung Dewi Freya yang telah selesai tersebut bisa dibilang luar biasa. Karena patung tersebut memperoleh gelar Fine Piece, itu juga memberi sebuah efek.
Masih dalam tahap pemula dari Sculpture Mastery, Weed tidak memenuhi syarat untuk menghasilkan sebuah karya seni dengan efek tambahan.
Meski demikian, dikombinasikan dengan pisau pahat Zahab, fine piece buatannya menghasilkan efek yang luar biasa. Ini adalah sebuah jackpot yang melebihi perkiraannya sendiri.
*Ding*
Level Up:
Sculpture Mastery (Pemula Level: 9| 70%)
Memungkinkan
kamu untuk membuat karya yang lebih halus dan detail.
● Fame telah
meningkat sebanyak 50 poin (+50 FAME)
● Art
telah meningkat sebanyak 15 poin (+15 ART)
● Perseverance
telah meningkat sebanyak 10 poin (+10 PER)
● Vitality telah
meningkat sebanyak 5 poin (+5 VIT)
|
Beberapa statistik naik sebagai hadiah karena menciptakan sebuah fine piece. Sculpture Mastery tahap dasar milik Weed akhirnya mencapai tingkat keahlian 70% di level 9, hampir mencapai tahap menengah, dan Fame miliknya juga naik.
Namun, dia merasa curang.
"Sialan."
Sebuah fine piece tidak akan keluar setiap saat. Level skill dalam Sculpture Mastery milik Weed saat ini adalah level 9, tetapi ketika dia sedang sibuk mengukir patung, levelnya masih 8. Namun, itu telah diterapkan sebagai skill level 7 pada tahap menengah, berkat palu dan Zahab's Sculpting Knife.
Berbicara secara teknis, fine piece hampir mustahil dibawah tahap menengah dari sculpture mastery. Dia menyadari bahwa jika dia tidak diperkuat oleh Zahab's Sculpting Knife, dia tidak akan bisa menghasilkan patung dewi yang indah semacam itu. Level skill sculpture mastery miliknya masih kurang.
Jika Weed mencapai tahap menengah, atau bahkan tahap ahli, sebelum dia mengukir parung dewi, itu mungkin bisa dalam jajaran peringkat grand piece, tidak jauh dari master piece.
Lalu, dia akan menerima 5 statistik promosi, salah satu dari beberapa hak istimewa yang terbatas pada Sculptor. Para Sculptor yang lain, sangat sedikit jumlahnya di benua ini, selain Weed sang Legendary Moonlight Sculptor, yang kurang dalam kemampuan tempur.
Mereka ditolak mengakses perapal mantra sejak awal, dan juga Strength dan Defense mereka bukanlah sesuatu yang spesial. Skill handicraft hanya sedikit mengkompensasi kekuatan serangan yang rendah untuk mereka.
Tak ada party yang masih waras mau menerima mereka, jadi mereka harus menghadapi banyak pertarungan sendirian. Profesi Sculptor bergantung pada statistik yang mereka tingkatkan lebih tinggi daripada rata-rata player dilevel yang sama.
Namun, itu tidak berarti bahwa seorang Sculptor bisa mengembangkan sculpture mastery miliknya dan menghasilkan fine piece atau diatasnya kapanpun dia mau.
Bahkan seorang Sculptor bereputasi tinggi tak bisa menghasilkan fine piece dan grand piece sesuka dia. Fine piece hanya bisa tercipta ketika seorang Sculptor melelehkan jiwanya kedalam cetakan gambaran keindahan tertinggi.
Misalkan kau bekerja keras selama 10 hari untuk mengukir sebuah patung, dan itu ternyata karya yang biasa-biasa saja, hanya sedikit mempengaruhi statistikmu, bagaimana perasaanmu tentang hal itu?
Yang lebih parah lagi, bagaimana jika itu mengurangi reputasimu yang susah payah kau dapatkan sebagai seorang Sculptor? Kau akan dipuji jika kau tidak terjun dari sebuah tebing karena hal itu.
Sebenarnya ada banyak mantan Sculptor yang menghapus avatar mereka setelah mengalami kesialan yang sama. Sculptor adalah sebuah profesi yang sulit dan berat. Ghandilva mendekati Weed dan menggenggam tangannya.
"Terimakasih, Weed-nim! Kamu telah membuat patung Dewi Freya sehebat itu, dan kami para penduduk desa akan selamanya diberkahi dengan kehadirannya. Juga, patung ini akan membawa lebih banyak pengunjung kesini. Kamu sekarang adalah pendiri kedua dari Desa Baran!" *
*Ding*
Quest Selesai : The Statue of
Goddess Freya
Ghandilva dengan
tulus menghargai karyamu! Patung Dewi Freya yang berdiri tegak di Desa Baran
akan menopang penduduk desa dalam harapan dan keberanian. Mereka akan
menerimamu kapanpun dimasa depan.
Fame telah meningkat sebanyak
30 poin (+30 FAME)
|
Kamu telah
naik level!
|
Kamu telah
naik level!
|
Kamu telah
naik level!
|
Pengaruhmu di Desa Baran telah
mencapai : 60%
• 1st
: Weed - 60%
• 2nd
: Darius - 45%
• 3rd
: Seoyoon - 33%
|
Karena karya tersebut ternyata lebih baik daripada perkiraannya yang paling liar, hadiah untuk quest tersebut juga sangat tinggi. Sebuah quest yang bisa menaikkan level 3 kali bisa dianggap berada dalam jajaran paling tinggi dalam tingkat kesulitan D.
Ditambah, pelayanan publik miliknya pada desa menaikkan pengaruhnya pada tempat pertama. Pelayanan publik tergantung pada berbagai faktor.
Jika kau pelayanan publikmu diakui, lalu memperbesar pengaruhmu di sebuah kota, kau bisa membeli item dalam jumlah besar dengan harga diskon disana, dan kau bahkan bisa mendapatkan posisi pemerintahan seperti tetua atau penguasa feodal.
Weed telah naik dengan pesat dalam pelayanan publik dengan mengumpulkan pencapaian karena misi penyelamatan penduduk desa yang ditangkap dan membuat Patung Dewi Freya, serta menjual senjata dan perlengkapan yang dijarah oleh partynya dari markas para lizardmen.
Dalam kasus Darius, tak perlu dikatakan, dia adalah pemimpin quest pasukan pembebasan untuk merebut kembali desa. Lalu, untuk Seoyoon, dia telah membunuh sejumlah monster yang mengancam disekitar Desa Baran, dan menjual item-item di toko. Sebelum Weed dan Darius datang, pengaruh milik Seoyoon di Desa Baran adalah yang tertinggi.
"Seoyoon ada di tempat ketiga? Dia ada disini sebelumnya?"
Jantung Weed berdetak kencang. Ketika Weed menjadikan Seoyoon sebagai model untuk patung tersebut selama pembuatannya, dia telah yakin bahwa Seoyoon tidak akan pernah datang kesini dan menyadari gambaran dirinya sendiri. Benua Versailless sangat luas. Jika dia melihat patung ini, dia mungkin hanya tersenyum dingin dan memenggal Weed tanpa basa-basi.
҅Dia adalah seorang pembunuh, jadi hal seperti itu tidaklah mustahil.҆
Apalagi jika Seoyoon membaca tulisan Weed yang diukir pada patung tersebut, dia mungkin akan membunuhnya lagi dan lagi, dengan mudah melampaui 100 kali. Tidak, Weed lebih baik mempersiapkan dirinya untuk yang paling buruk. Sebelum patung tersebut selesai, Weed merasa sangat puas dengan apa yang telah dia ciptakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar